KiHajar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengertian pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Tujuan pendidikan juga disebutkan di dalam Undang-Undang Republik
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat terlepas dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pendidikan dan pengajaran pada dasarnya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan untuk memberi tuntunan pada siswa agar mereka mencapai kebahagiaan dan bertumbuh menjadi individu yang berkarakter, mandiri, dan sesuai dengan kodrat tumbuh kembangnya sebagai seorang anak. Pendidikan yang diberikan kepada anak berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara harus berorientasi pada anak. Sehingga sebagai guru, Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa sebagai individu unik dengan potensinya masing-masing. Kebebasan yang diberikan guru bukanlah dengan melepaskan siswa untuk sepenuhnya belajar sendiri, melainkan dengan memberi contoh, tuntunan, serta arahan agar siswa dapat lebih yang diberikan pada anak perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman karena kebutuhan dan perkembangan setiap generasi tentunya berbeda. Di era saat ini tentunya pendidikan yang diberikan pada siswa harus disesuaikan dengan kodrat zaman, artinya disesuaikan dengan pendidikan abad 21. Pendidikan di era saat ini mengharuskan setiap siswa memiliki skill dan potensi yang minimal dapat dipegang oleh siswa untuk beradaptasi hidup di masa yang akan datang saat keluar dari bangku sekolah. Penting bagi guru untuk mengenalkan mengenai literasi digital dan teknologi pada siswa agar siswa dapat menerapkan teknologi dengan baik dan positif serta tidak terjebak pada dampak negatif dari perkembangan teknologi saat ini. Sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta didik di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur, maka dari itu sebagai guru harus memahami karakteristik dan kondisi pada masing-masing siswa. Hal ini tentu berpengaruh dalam menentukan metode dan segala aspek pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Termasuk juga dalam memberikan pendidikan bagi siswa di Indonesia, penting bagi guru untuk memberikan pemahaman mengenai filter akulturasi budaya yang sangat tipis saat ini, sehingga siswa harus memahami tentang jati diri sebagai manusia berbangsa dan berbudaya Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik masing-masing siswa. Hingga saat ini pemikiran Ki Hajar diimplementasikan semakin dalam pada sistem pendidikan di Indonesia melalui Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk mengembangkan potensinya tidak hanya pada bidang mata pelajaran yang ada di sekolah. Dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara pada dasarnya adalah memberikan pendidikan yang menuntun pada siswa. Guru yang menuntun yaitu guru yang berjalan bersama anak dalam membantu anak untuk menemukenali bakat dan minat yang ada pada dirinya. Guru adalah pamong. Melalui pendidikan bertujuan untuk membantu dan menjadi fasilitator bagi siswa agar mampu menebalkan garis samar-samar kodrat anak. Sehingga anak dapat menemukan kemampuan dasar yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara disimpulkan sebagai proses menuntun anak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya pada berbagai aspek kodrat dalam dirinya termasuk halnya pada aspek budi pekerti, pikiran dan tubuh anak. Upaya ini dilakukan dalam rangka untuk mencapai kesempurnaan hidup serta kebahagiaan anak yang setinggi-tingginya. Proses pembelajaran dilakukan selaras dengan dengan dunia anak, dalam hal ini kodrat alam dan juga kodrat zaman yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing anak. Sehingga kesimpulannya adalah refleksi proses pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara adalah untuk membentuk manusia secara utuh dengan cara yang memanusiakan manusia serta memerdekakan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan sebagai guru yang sesuai dengan nilai-nilai filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara , kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berpikir kreatif, serta mengembangkan bakat/minat siswa sebagai individu unik dengan potensinya masing-masing. Hal ini mengantarkan harapan saya agar dapat menjadi guru yang bijak, guru yang dapat memahami sudut pandang siswa, guru yang peka terhadap bakat dan potensi yang dimiliki siswa, serta saya juga berharap dapat menjadi fasilitator bagi siswa untuk mencapai kemandirian dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Besar harapan saya dapat mengantarkan peserta didik menjadi individu yang adaptif, mandiri, dan tidak bergantung kepada orang lain kelak di kehidupan Juga Apa yang harus dilakukan setelah Pengumuman lolos seleksi PPG Prajabatan Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
1 Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan Dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia. Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja,dan dengan demikian, suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia. a.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Peran Generasi Muda Dalam Upaya Habituasi Trigatra Bangun Bahasa Melalui Penguatan Literasi Di Era Disrupsi Era disrupsi yang menjadi bagian dari globalisasi saat ini merubah tatanan kehidupan manusia secara signifikan. Segala kemudahan yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi membuat perilaku berbahasa cenderung menurun. Sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk dapat menegakkan bahasa yang merepresentasikan identitas bangsa Indonesia. Indonesia memiliki potensi generasi muda untuk dapat memperkuat jati diri bangsa dalam bidang bahasa. Generasi muda yang komunikatif, adaptif, dan inovatif perlu menyinergikan potensi dalam penguatan literasi bangsa. Apalagi literasi di Indonesia tergolong sangat rendah. Dengan adanya pengembangan minat baca sejak usia dini dan membiasakan untuk mengimpelementasikan Trigatra Bangun Bahasa utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Karena generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang tentunya memiliki andil untuk dapat mengingatkan masyarakat Indonesia terhadap keutamaan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, tetap melestarikan bahasa daerah agar senantiasa terjaga, dan menguasai bahasa asing sebagai salah satu bekal hidup di era global melalui penguatan literasi. Penguatan literasi sangatlah penting untuk kemajuan suatu peradaban. Literasi akan menggambarkan majunya suatu bangsa. Semakin banyak literasi yang seseorang kuasai dengan bahasa, akan semakin mudah seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik. Bahasa Indonesia adalah peninggalan leluhur bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan yang hingga saat ini menjadi bahasa pemersatu bangsa. Keberadaan bahasa Indonesia memiliki kedudukan penting di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka salah satu peran generasi muda untuk membiasakan Trigatra Bangun Bahasa adalah dengan menggaungkan strategi edukasi terkait pentingnya literasi terhadap masyarakat melalui banyak membaca dan menulis dengan bahasa. Penguatan inilah yang menjadi penghubung dan penyatu bangsa. Betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia. Selain itu penguatan literasi dapat di dukung dengan pemanfaatan sosial media sebagai bagian dari globalisasi. Sosial media dapat digunakan sebagai alat 'kekuatan lunak' soft power untuk mempengaruhi masyarakat dalam membuat keputusan, berinteraksi dengan pesan pada platform yang sama, menggiatkan masyarakat untuk menyebarluaskan konten, dan membuat jaringan di kalangan mereka sendiri dengan slogan Trigatra Bangun Bahasa. Habituasi Trigatra akan memanifestasikan nilai untuk pengutamaan bahasa Indonesia yang berarti menerapkan wajah situasi kebahasaan Indonesia dari dulu hingga saat ini. Kemudian pelestarian bahasa daerah sebagai bentuk dari nilai-nilai keragaman Indonesia yang harus di jaga, serta penguasaan bahasa asing agar dapat memperkaya kebudayaan sebagai salah satu bekal hidup di era global untuk komunikasi antar negara dan sebagai bahasa kaum intelektual. Peran generasi muda dalam penguatan literasi sangat dibutuhkan bagi bangsa untuk membangun Trigatra Bangun Bahasa sebagai tujuan satu langkah lebih baik dan diplomasi kebahasaan menuju Indonesia yang berkedamaian, rukun, harmonis, toleran, dan tercipta kerja sama atau gotong royong yang penting bagi pembangunan nasional. Sebagai kesimpulan, peran generasi muda dalam penguatan literasi sangat penting di masyarakat. Hal ini ditujukan sebagai bentuk dari implementasi Trigatra Bangun Bahasa untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing kuat sebagai identitas bangsa. Habituasi Trigatra Bangun Bangsa akan mendorong kualitas berbahasa dan semangat untuk memanifestasikan nilai pengutamaan pelestarian serta penguasaan keberagaman bahasa. Cintailah bahasa Indonesia sebagai bahasa literasi kewarganegaraan sepanjang hayat dan taklukkanlah dunia dengan bahasa asing. Hiduplah berbahasa, utamakan bahasa Indonesa, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa F. 2022, Oktober. KI HAJAR DEWANTARA DAN TRIGATRA BANGUN BAHASA. Retrieved from A. 2017. Esai Saat Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Provinsi. Retrieved from Pers, P. S. 2019, Juli 10. Perkuat Posisi Bahasa Indonesia, Kemendikbud Kembangkan Strategi Diplomasi Kebahasaan. Retrieved from Kementrian Pendidikan dan kebudayaan S. W. 2021, November 8. Wajah Bahasa Indonesia pada Era Disrupsi. Retrieved from OSC Lihat Bahasa Selengkapnya
Olehkarena itu, melalui artikel ini penulis bertujuan untuk menguraikan konsep dan pemikiran ki hadjar dewantara tentang. Sudah terbukti bahwa ki hajar dewantara adalah pejuang nasionalisme indonesia sekaligus pelopor pendidikan nasional indonesia. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) FaktaSejarah Taman siswa selalu menekankan prinsip nasionalisme dan kemerdekaan dalam pelaksanaan
Internalisasi Pandangan Ki Hadjar Dewantara Pada Pembelajaran Ipa SD/MI Dalam Kurikulum 2013 Studi Kasus MI DI Kabupaten Wonosobo Dan SD Taman Siswa YogyakartaInternalisasi Pandangan Ki Hadjar Dewantara Pada Pembelajaran Ipa SD/MI Dalam Kurikulum 2013 Studi Kasus MI DI Kabupaten Wonosobo Dan SD Taman Siswa YogyakartaTujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah Menemukan informasi dan rekomendasi tentang bentuk internalisasi Pandangan Ki Hadjar Dewantara Pada Pembelajaran IPA SD/MI Dalam Kurikulum 2013. Tujuan khusus dari penelitian melihat seperti apa dan sejauh mana penginternalisasian Pandangan Ki Hadjar Dewantara Pada Pembelajaran IPA di SD Taman Siswa Yogyakarta dan Pembelajaran IPA MI Dalam Kurikulum 2013 Di Kabupaten Wonosobo. Penelitian menggunakan metode Gabungan dengan instrument penelitannya mengggunakan angket dan lembar observasi. Jumlah sekolah sejumlah 15 MI dengan menggunakan kurikulum 2013 di Wonosobo dan SD Taman Siswa Yogyakarta Berdasar penelitian yang sudah di laksanakan dapat di simpulkan bahwa masih ada beberapa indikator yang perlu di tingkatkan dalam pelaksanaanya. Direkomdasikan dan diharapkan dari pihak sekolah, yayasan maupun dinas terkait supaya diberikan bekal pelatihan atau workshop yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan penguasaan materi khusunya materi IP...
Berikutkumpulan permasalahan pada pendidikan Indonesia yang masih harus dibenahi. Apakah kita sudah memahami semangat perjuangan pendidikan Ki Hajar Dewantara? 29. Di atas adalah 100 pertanyaan untuk pendidikan Indonesia. Semoga dengan dijabarkannya pertanyaan seputar permasalahan pendidikan Indonesia ini, pemerintah, masyarakat
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Konsep pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah landasan yang penting dalam pengembangan sistem pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara, atau sebenarnya bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia yang berperan penting dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi semua orang, terutama bagi anak-anak pribumi di era kolonial Belanda. Konsep-konsep pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara memiliki nilai-nilai yang sangat relevan hingga saat ini, tetapi tetap memerlukan refleksi kritis agar bisa diterapkan secara efektif dan satu konsep utama dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah "tumbuh kembang" manusia. Menurutnya, pendidikan harus memperhatikan dan menghargai perkembangan alami dan potensi setiap individu. Pendidikan bukan hanya tentang memasukkan pengetahuan ke dalam pikiran siswa, tetapi juga tentang membangun karakter, kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kepekaan sosial. Hal ini sangat penting dalam menghasilkan generasi yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan masa dalam mengimplementasikan konsep ini, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah adanya kesenjangan dalam akses pendidikan di Indonesia. Meskipun Ki Hajar Dewantara berjuang untuk memperjuangkan hak pendidikan bagi semua orang, faktanya masih ada kesenjangan yang signifikan antara pendidikan di perkotaan dan pedesaan, serta antara daerah yang kaya dan miskin. Pemerataan akses pendidikan menjadi hal yang krusial agar konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara bisa diwujudkan sepenuhnya. Selain itu, perlu juga refleksi kritis terhadap kurikulum dan metode pengajaran yang ada. Pendidikan yang terpusat pada pengajaran berbasis hafalan dan ujian sering kali mengabaikan aspek pengembangan karakter dan keterampilan lainnya. Model pendidikan yang memfokuskan pada hasil akademik semata bisa mengabaikan perkembangan holistik peserta didik. Oleh karena itu, penting untuk mengadopsi pendekatan yang lebih holistik, yang mengintegrasikan aspek akademik, karakter, dan keterampilan, sesuai dengan konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara. Selain tantangan dalam implementasi, perlu juga refleksi kritis terhadap konteks sosial dan budaya yang terus berubah. Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi, pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut. Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk membekali peserta didik dengan keterampilan adaptasi, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir kritis yang dibutuhkan dalam dunia kerja yang terus refleksi kritis terhadap konsep pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara, penting untuk mengakui nilai-nilai yang positif yang dimilikinya, seperti pentingnya menghargai perkembangan alami individu dan membangun karakter. Namun, juga penting untuk mengakui tantangan yang ada dalam implementasi konsep ini, seperti kesenjangan akses pendidikan, model pengajaran yang terlalu akademis, dan perubahan sosial dan budaya. Dengan melakukan refleksi kritis ini, kita dapat mengembangkan dan memperbaiki sistem pendidikan kita, sehingga tetap relevan dan efektif dalam menghadapi tantangan masa pemikiran Pendidikan KI Hajar Dewantara telah menjadi sorotan yang signifikan dalam perjalanan pendidikan di Indonesia. Dalam memahami dan merenungkan konsep ini, saya merasa tertantang untuk merefleksikan harapan dan ekspektasi yang muncul setelah memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang gagasan satu harapan yang timbul adalah adanya transformasi fundamental dalam sistem pendidikan kita. Pemikiran KI Hajar Dewantara menekankan pentingnya menghargai dan memuliakan setiap individu, serta memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing. Dalam idealisme ini, saya berharap bahwa sistem pendidikan kita akan bergerak dari paradigma yang terfokus pada standar dan evaluasi seragam, menuju pendekatan yang lebih inklusif dan personal. Saya berharap pendidikan akan menjadi wahana untuk mengembangkan setiap siswa sebagai individu yang unik, menghormati keberagaman, dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang kuat. Selain itu, pemikiran KI Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan sebagai upaya untuk mengatasi ketidakadilan sosial. Harapan saya adalah bahwa konsep ini akan mendorong pemerintah dan pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan untuk berkomitmen secara lebih tegas dalam memberikan akses pendidikan yang setara bagi semua lapisan masyarakat, terlepas dari latar belakang sosial, ekonomi, atau etnis. Saya berharap pendidikan tidak lagi menjadi alat yang memperkuat kesenjangan sosial, tetapi menjadi jembatan yang memperluas kesempatan bagi semua individu untuk berkembang dan menggapai potensi terbaik setelah memahami konsep pemikiran KI Hajar Dewantara, ekspektasi saya adalah adanya perubahan dalam paradigma pembelajaran. Pemikiran ini menekankan pentingnya pengalaman nyata, pembelajaran melalui tindakan, dan keterlibatan aktif siswa dalam proses pendidikan. Saya berharap pendidikan kita akan beralih dari pendekatan yang terlalu teoritis dan berpusat pada guru, menuju pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, interaktif, dan memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan praktis serta pemahaman konseptual yang dalam merefleksikan harapan dan ekspektasi ini, saya juga menyadari bahwa implementasi konsep pemikiran KI Hajar Dewantara akan menghadapi tantangan yang signifikan. Diperlukan dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan, perubahan struktural dalam sistem pendidikan, dan investasi yang berkelanjutan. Selain itu, pendidikan bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah dan sekolah, melainkan juga melibatkan peran aktif dari masyarakat, orang tua, dan individu itu sendiri. Lihat Pendidikan Selengkapnya
Untukmenghapus jejak kebangsawanannya, Ia berganti nama pada 1922 menjadi Ki Hajar Dewantara (KHD) dan kita mengenalnya sebagai orang tokoh pendidikan nasional, menteri Pendidikan RI pertama. Demi menghormati jasa Ki Hajar dalam dunia pendidikan di tanah air, sudah sepantasnya pemerintah memperingati tanggal 2 Mei menjadi hari pendidikan nasional.
Artikel ini membahas tentang Ki Hadjar Dewantara, Biografi, Sistem Pembelajaran Ki Hadjar Dewantara pada Sekolah Taman Siswa, dan Perjuangan sebagai Pahlawan Nasional. — Kamu senang belajar? Pastinya dong. Apalagi kalau pembelajarannya menarik perhatian dan kamu punya ketertarikan di bidang tersebut. Ngomong-ngomong kalau membahas sistem pembelajaran yang menarik Indonesia punya lho. Bayangkan nih ya, ada sistem belajar yang rasanya seperti bermain. Sistem itu adalah sistem Among. Sistem ini kamu akan diasuh oleh guru, menyenangkan, belajarnya tanpa paksaan, tidak ada hukuman, tidak ada perintah, dan kamu pasti sangat diajarkan welas asih kasih sayang, dan yang paling seru adalah kamu boleh menggali apapun minatmu. Pasti dong klean semua senang bisa menggali minat belajarnya tanpa harus pusing belajar semua pelajaran. Jadi, cuma sebentar deh ketemu pelajaran yang kamu tidak suka. Kamu akan banyak ketemu dengan pelajaran yang kamu suka saja. Asiknya lagi sistem pembelajaran ini ada sejak penjajahan Belanda lho. Siapa sih yang punya pemikiran seperti itu? Jawabannya adalah Ki Hadjar Dewantara sang Bapak Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara adalah pahlawan Nasional asal Yogyakarta. Nama asli beliau adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Hayo inget gak kalau 2 mei itu hari apa? Tanggal 2 Mei itu adalah Hari Pendidikan Nasional. Hari Pendidikan Nasional dirayakan pada tanggal ini adalah karena untuk memperingati jasa-jasa Ki Hadjar Dewantara yang telah memberikan banyak sumbangsih pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara pertama kali bersekolah di ELS Eropeesche Legere School atau sekolah dasar untuk anak-anak Eropa dan bangsawan yang ada di Indonesia. Beliau bisa masuk ke sekolah ini karena beliau adalah anak bangsawan. Beliau lahir di dalam sebuah keluarga keraton, dari pasangan Gusti Pangeran Harya Surjaningrat dan cucu dari Pakualaman III. Setelah lulus dari ELS ia kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA School tot Opleiding van Indische Artsen yaitu sekolah yang dibuat untuk pendidikan dokter pribumi di kota Batavia yang sekarang jadi Kedokteran Universitas Indonesia. Siapa yang pengen masuk Kedokteran UI cung! Biar samaan sama Ki Hadjar Dewantara. Tau gak sih kalau beliau itu adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia? Beliau itu adalah bagian dari orang-orang Indonesia yang mengusir penjajah. Ets tentunya dengan pemikirannya lho. Beliau masuk organisasi pergerakan Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr. Soetomo. Selanjutnya membuat suatu organisasi bersama temannya Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang terkenal dengan nama tiga serangkai. Ki Hadjar Dewantara gencar mengkritik Belanda. Beliau sering membuat tulisan yang menyentak pemerintahan Belanda lewat berbagai surat kabar. Seperti tulisannya “Seandainya Aku Seorang Belanda” yang membuat beliau diasingkan ke negeri Belanda. Ki Hadjar Dewantara adalah pendiri sekolah Nationaal Onderwijs Taman Siswa atau yang sekarang kita kenal dengan Taman Taman Siswa pertama didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada bulan Juli tahun 1922. Nah, sekolah ini nih yang nerapin sistem pembelajaran yang asik tadi. Sistem pendidikan tersebut dilakukan secara informal dengan menekankan keterampilan tradisional dan nilai-nilai kehidupan orang Jawa, terutama pada musik dan tarian tradisional. Mata pelajaran yang berasal dari Barat juga diajarkan beliau agar membantu siswa mengatasi tuntutan kehidupan modern saat ini. Sistem yang dibuat Ki Hadjar Dewantara ini menghasilkan banyak sekali keuntungan untuk bangsa Indonesia. Selain masyarakatnya diajari untuk menjadi terdidik dan tidak ketinggalan zaman, ia juga menciptakan sistem pembelajaran berbasis kebudayaan untuk tetap mempertahankan kebudayaan asli Indonesia. Gaes, yang dimaksud dengan berbasis kebudayaan itu adalah, dalam sistem pembelajarannya murid diajarkan tentang apa saja yang ada di Indonesia, seperti budaya, bahasa, dan banyak hal lagi tentang ke-Indonesiaan. Hal ini ditujukan untuk menumbuhkan rasa Nasionalisme dari peserta didik. Nah, pembelajaran terkait kebudayaan untuk menumbuhkan rasa Nasionalisme ini yang menjadi tombak perjuangan orang-orang indonesia untuk mengusir Belanda. Karena ini juga keberadaan Taman Siswa ditakuti oleh pemerintahan Belanda. Kamu tahu gak sih kalau sekolah Taman Siswa itu sudah menyebar ke seluruh nusantara pada akhir tahun 1930-an? Jadi, sistem pendidikan Taman Siswa ini sudah menyebar ke seluruh penjuru Nusantara sekitar 8 tahun setelah didirikan karena, sistem pendidikan taman siswa memang diperuntukkan untuk pribumi yang pada masa itu juga masih sedikit dapat mengenyam bangku pendidikan. Dia merasa bahwa pendidikan adalah sebuah cara terbaik untuk memperkuat orang Indonesia, dan ia sangat dipengaruhi oleh banyak teori yang melandasi cara berpikirnya. Salah satunya adalah pemikir teori pendidikan reformis dari Italia, Maria Montessori. Dia juga banyak dipengaruhi oleh penyair dan filsuf asal India yakni Rabindranath Tagore. Pemikiran yang diambil dari Maria Montessori adalah terkait pendidikan usia dini. Hal yang diterapkan pada pendidikan Montessori adalah bagaimana peserta didik memiliki kebebasan dalam belajar, tempat belajar yang menyenangkan dan dapat membangun karakter peserta didik dengan metode bernyanyi dan menari. Sedangkan pemikiran dari Tagore diambil oleh Ki Hadjar Dewantara dari sisi konsep kebebasan dan merdeka yang beliau terapkan dalam sistem pembelajaran Taman Siswa. Disini siapa yang suka belajar tanpa tekanan? atau punya kebebasan berpikir apapun? suka dong tentunya. Gak ada lagi dimarahin guru, atau takut belajar di sekolah. Setelah banyak membantu masyarakat Indonesia dalam mengenyam pendidikan, dan setelah indonesia merdeka, beliau diangkat menjadi menteri pendidikan oleh presiden Soekarno. Karena ketulusan hatinya untuk membangun bangsa Indonesia dengan pemikirannya dan jerih payahnya membuat sistem pendidikan, Beliau dianugerahi gelar Bapak Pendidikan Nasional Baca Juga Belajar dari Fiki Naki, Sepenting Itukah Bahasa Asing? Nah, sekarang kamu sudah tau kan siapa Bapak Pendidikan Nasional dan apa saja yang sudah beliau lakukan untuk bangsa ini? Banyak yang beliau lakukan untuk bangsa ini. Tugas kita sekarang adalah terus belajar dan menjadi orang yang cerdas dan berbudi luhur seperti cita-cita Ki Hadjar Dewantara yang menginginkan seluruh masyarakat Indonesia menjadi cerdas. Tapi nih tapi, sistem pembelajaran di atas, yang sudah dijelaskan panjang lebar ini kok nggak kerasa ya di sistem pendidikan sekarang? Nah, itulah yang terjadi di sistem pembelajaran Indonesia sekarang ini. Sistem pendidikan di Indonesia memang memiliki kesamaan dengan sistem yang dibuat Bapak Pendidikan Nasional lho tapi, cuman di jargon “Tut Wuri Handayani” saja, itu lho yang ada di topi atau di bet sekolah. Secara keseluruhan pendidikan di Indonesia sudah jauh dari apa yang diterapkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Sistem yang ada sekarang adalah sistem yang sudah banyak mengadopsi berbagai sistem pembelajaran di berbagai negara. Bingung Sumber jadi, jangan bingung nih sama sistem pembelajaran di Indonesia sekarang ini. Kalau kamu masih pusing ngerjain tugas, atau kamu terpaksa belajar suatu pelajaran yang tidak kamu suka. Jadi jangan aneh kalau berbeda dengan sistem pelajaran yang disusun Ki Hadjar Dewantara. Bahkan sistem yang dibuat oleh Ki Hadjar Dewantara ini mirip dengan sistem pembelajaran yang ada di Finlandia. Di sana peserta didik berhak memilih mitat yang mereka sukai. Mereka akan belajar terkait minat mereka dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Di sana juga sangat bebas dan merdeka dalam belajar. Terus kemana ya sistem yang dibuat oleh Ki Hadjar Dewantara di sistem pendidikan sekarang ini? Who Knows lah ya kemanya nya. Cara yang bisa kita lakukan adalah mencoba menerapkan apa yang baik dari sistem yang ada, dan menyebarkan pengetahuan kepada orang yang belum tahu. Di zaman sekarang ini, belajar bisa dilakukan dimana saja. Ketika kamu ingin belajar dengan metode yang menarik kamu bisa berlangganan Ruangguru dengan produk ruangbelajar. Di sana kamu akan disuguhkan video pembelajaran yang menarik sehingga kamu dapat belajar dengan asik dan cepat faham. Referensi Hasan, Said Hamid, dkk,. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Setyowahyudi, Rendi. 2020. “Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Maria Montessori tentang Pendidikan Anak Usia Dini.” PAUDIA 17-35. Soeratman, Ki. 1982. Tamansiswa 60 Tahun. Yogyakarta Percetakan Tamansiswa. Tauchid, Moch. 1967. Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian II A Kebudajaan. Yogyakarta Madjelis-Luhur Persatuan Taman Siswa. Sumber Gambar Bingung,
Darikedua pendapat tersebut itu, kini lahir istilah Tri Pusat Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003, yang meliputi : a) Pendidikan keluarga. b) Pendidikan sekolah. c) Pendidikan masyarakat. Yang mana tiga tempat pergaulan atau lembaga pendidikan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian serta tingkah laku anak.
via Tribun Kaltim Ki Hajar Dewantara - Hari Pendidikan Nasional berkaitan dengan salah satu pahlawan nasional, Ki Hajar Dewantara. Tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hardiknas oleh pemerintah untuk memperingati jasa-jasa Ki Hajar Dewantara pada dunia pendidikan Indonesia. Selama hidupnya, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis produktif tentang pendidikan, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari jaman penjajahan Belanda. Untuk mewujudkan agar rakyat Indonesia menjadi bangsa yang terpelajar, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa. Itu menjadi lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi warga pribumi jelata agar bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi atau orang-orang Belanda. Baca Juga Dewaruci dan Khilafnya Negeri Bahari Hingga saat ini Perguruan Taman Siswa masih berkembang dan berpusat di kota Yogyakarta. Ajaran Ki Hajar Dewantara bagi dunia pendidikan juga terus dilestarikan. Ada tiga ajaran penting dari Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan pimpinan harus memberi teladan. Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan. Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan. Jika disatukan, kalimat itu menjadi “Ing Ngarso Sun Tulodho Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani.” Baca Juga Kartografi Dunia Berutang Kepada Rempah Maluku Ketiganya merupakan peran pendidikan. Ketika berada di depan untuk mengajar, ia mampu memancarkan aura kepemimpinan yang member suri tauladan. Membagikan keutamaan diri yang bersumber dari pengolahan dan refleksi terus menerus. Pada saatnya berada di tengah-tengah orang lain, ia mesti mampu menggelorakan semangat demi perubahan yang lebih baik. Ketika berada di belakang sebagai pengayom/penasehat, ia mampu menggerakkan orang-orang di depannya supaya kehendak tetap menggelora dan keteladanan tetap berjalan. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Bekasi- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memiliki peran dan fungsi mengukur kualitas isi siaran lembaga penyiaran. Dalam salah poin di UU (Undang-Undang) Penyiaran No.32 Tahun 2002 disebutkan, penyiaran merupakan kegiatan komunikasi massa yang berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Menelisik sejarah gerakan reformasi Ki Hadjar Dewantara sejak sebelum kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan Indonesia mengharuskan kita untuk melihat lebih jauh ke belakang tentang bagaimana awal pendidikan formal mulai muncul di Indonesia. Pada tahun 1889, pemerintah Hindia Belanda mulai memberlakukan kebijakan Politik Etis di Indonesia. Kebijakan ini berfokus pada tiga prinsip utama yang ingin dikembangkan dari penduduk pribumi yakni pengairan, pendidikan, dan perpindahan penduduk. Tujuan dari politik etis sendiri adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat pribumi dan sebagai cara pemerintah kolonial membayar hutang atas kekayaan bangsa Indonesia yang telah diperas seperti dijelaskan dalam sebuah jurnal artikel yang ditulis pada tahun 1899 oleh C. TH. van Deventer berjudul “Een eereschuld” atau dapat diartikan sebagai “suatu hutang kehormatan”Ora, 2011. Pendidikan yang diterapkan di Indonesia pada masa itu dilaksanakan dengan sistem pendidikan barat dengan bahasa pengantar adalah bahasa Belanda. Pada masa itu, tidak semua masyarakat memiliki kesempatan mendapatkan kesempatan untuk belajar. Pendidikan hanya diberikan kepada kaum priyayi yang kemudian ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja dan tenaga administrasi terampil Abdullah, 2017 37. Sehingga asal mula pendidikan formal di Indonesia awalnya didasari oleh tuntutan untuk membayar hutang kehormatan namun dalam pelaksanaanya hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang dapat mencicip bangku pendidikan formal dasar. Bahkan pemerintah Belanda masih mengambil keuntungan dari pendidikan yang mereka berikan pada saat itu. Salah satu pribumi yang dapat mengenyam pendidikan secara barat adalah Ki Hadjar Dewantara. Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dalam lingkungan Keraton Pakualam, Yogyakart. Setelah menyelesaikan sekolahnya di sekolah elit pribumi namun gagal menyelesaikan pendidikan dokternya di STOVIA karena penyakit yang di deritanya, Ki Hadjar memulai karirnya sebagai seorang jurnalis yang rutin memberikan kritikan keras terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia. Selain berkecimpung di dunia jurnalistik, beliau juga aktif berorganisasi. Salah satu organisasi yang diikutinya adalah Boedi Oetomo. Beliau sangat menentang sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial yang dianggap membatasi pendidikan berkualitas untuk pribumi. Alasan Ki Hajar Dewantara ingin memajukan pendidikan bangsa Indonesia karena bangsa ini sangat dikuasai oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan terkungkung dalam kebodohan sementara para penguasa pribumi sejak dulu hanya dijadikan pembantu dan kaki tangan mereka Ali, 1973 117 maka Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa kita wajib berusaha sendiri untuk memperbanyak sekolah untuk anak-anak di seluruh Indonesia demi memperbaiki pendidikan bagi bangsa ini. Karena beliau yakin perjuangan kemerdekaan bangsa harus didasari oleh jiwa merdeka, dan jiwa nasional dari bangsanya Hajar Dewantara dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah kolonial karena gerakan- gerakan yang beliau lakukan dan pengaruh yang beliau buat lewat tulisan-tulisan yang sarat semangat anti kolonialismenya. Beliau kemudian diasingkan bersama dua temannya yaitu Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Diasingkan tidak membuat semangat Ki Hadjar dan dua temannya yang kemudian dijuluki tiga serangkai ini menjadi luntur. Justru masa pengasingan dihabiskan oleh Ki Hadjar Dewantara untuk mempelajari sistem pendidikan di dunia barat dan bagaimana itu bisa diterapkan di Indonesia. Hal yang telah beliau pelajari kemudian beliau tuangkan dalam sebuah perguruan bercorak nasional yakni Nationaal Onderwijs Instituut Taman siswa atau Perguruan Nasional Taman siswa yang beliau dirikan. Proses pembelajaran pada Taman Siswa yaitu guru mengajarkan materi pelajaran serta ditambah dengan pendidikan kebangsaan dan budi pekerti hal itu bertujuan untuk menanamkan jiwa merdeka dan cinta tanah air dalam diri putra-putri tanah air. Dengan bekal pendidikan anak-anak akan dapat melanjutkan perjuangan kemerdekaan saat ini pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara sangat relevan dengan pendidikan masa kini dan kembali ditekankan dalam pendidikan di Indonesia. Inti dari filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah perubahan untuk memerdekakan. Pendidikan bertujuan memberikan harapan bagi anak bangsa yang menempuhnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, mendapatkan pencerahan dan pencerdasan, juga kehidupan yang lebih baik. Daftar Pustaka Abdullah, A. 2017. Ethical Politic and Emergence of Intellectual Class. Paramita Historical Studies Journal, 271, 34– Jurnal Pendidikan Dan Sejarah Maret, 2021.Abdul Rivai Potret Intelegensia Bumiputra Pada Awal Abad Kedua Istoria 1 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya
Permasalahanyang timbul dalam dunia pendidikan ialah pendidikan yang hanya menekan pada pembentukan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Bukan lah suatu pendidikan yang mampu
Cakrawala, J., Vol, P., & Januari, E. 2018. REFLEKSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DALAM UPAYA UPAYA MENGEMBALIKAN JATI DIRI PENDIDIKAN INDONESIA. 41. Dikta, P. G. A. 2020. SEBAGAI UPAYA PENGUATAN KUALITAS PENDIDIKAN DASAR PADA ABAD KE-21. 41, 126–136. Dr. Wahidmurni, M. P. 2017. PEMAPARAN METODE PENELITIAN KUALITATIF Oleh 4, 9–15. Ikhwan Aziz Q., S. dan R. F. N. 2018. Konsep Pendidikan dalam Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan di Indonesiae. Indrayani, N. 2019. Sistem Among Ki Hajar Dewantara Dalam Era Revolusi Industri 384–400. Jailani, M. S. 2014. Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini. 82. Jou, A., Of, N. A. L., Medical, G., Feb, S., & Modeling, F. 2019. PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN. 31, 3–5. Kurniasih, I., & Sani, B. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 1–162. Mashari, F. 2016. PRESPEKTIF PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DAN KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM. Managen Dan Pendididkan Islam, 1, 285–311. Putu Ayub, I. D. 2017. Pandangan dan Konsep Pendidikan Ki Hadjar. Prosiding Seminar Nasional Dan Bedah Buku, May 2016, 119–130. Rizkita, K., & Saputra, B. R. 2020. Bentuk Penguatan Pendidikan Karakter pada Peserta Didik dengan Penerapan Reward dan Punishment. Jurnal Ilmu Pendidikan, 2, 69–73. Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., Adiarta, A., & Artanayasa, W. 2019. Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara Tokoh Timur. Jurnal Filsafat Indonesia, 23, 124. Sukri, S., Handayani, T., & Tinus, A. 2016. Analisis Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara Dalam Perspektif Pendidikan Karakter. Jurnal Civic Hukum, 11, 33. Suparlan, H. 2015. Filsafat pendidikan ki hadjar dewantara dan sumbangannya bagi pendidikan indonesia. Filsafat, 25. Towaf, S. M. 2014. Pendidikan karakter pada matapelajaran ilmu pengetahuan sosial. Jurnal Ilmu Pendidikan, 75–85. Utami, P. N. 2017. Konsep Pendidikan Karakter Menurut Dewantara. Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, IAIN SALATIGA, 1–95. Yanuarti, E. 2018. Pemikiran Pendidikan Ki. Hajar Dewantara Dan Relevansinya Dengan Kurikulum 13. Jurnal Penelitian, 112, 237–266.
KiHajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, peletak dasar yang kuat pendidkan nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut : Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
- Pendidikan adalah salah satu hal penting yang wajib dilakukan, baik di Indonesia ataupun luar negeri. Tujuan pendidikan sendiri adalah untuk menjadikan seseorang mempunyai kepribadian yang baik dan memiliki wawasan luas. Secara umum, arti pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki beberapa ahli memiliki pengertian tersendiri mengenai pendidikan, termasuk Ki Hajar Dewantara. Berkat kiprahnya dalam bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Lalu, apa definisi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara? Baca juga Ki Hadjar Dewantara Kehidupan, Kiprah, dan Semboyannya Arti pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti kekuatan batin dan karakter, pikiran, serta tubuh anak. Ki Hajar Dewantara menjabarkan bahwa tujuan pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu Membentuk budi didik yang halus pada pekerti peserta Meningkatkan kecerdasan otak peserta didik Mendapatkan kesehatan badan pada peserta didik Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka pendidikan harus memiliki kesatuan konsep yang jelas, meliputi Ing Ngarsa Sung Tuladha sebagai guru atau pendidik harus bisa menjadi teladan untuk semua peserta didik. Ing Madya Mangun Karsa pendidik mampu menciptakan ide bagi peserta didik. Tut Wuri Handayani pendidik harus mampu memberikan motivasi dan arahan untuk peserta didik. Baca juga Peran Ki Hajar Dewantara dalam Kemerdekaan Indonesia Ketiga hal itu merupakan semboyan yang dicetus oleh Ki Hajar Dewantara. Apabila dilihat dari tujuan pendidikannya, maka peserta didik perlu menjalani proses yang luas yang dapat dilakukan melalui pendidikan formal atau nonformal. Sekarang, sesuai dengan peraturan dari pemerintah yang diatur dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik menempuh pendidikan selama sembilan tahun, yang terdiri atas program enam tahun di Sekolah Dasar dan tiga tahun di Sekolah lanjutan Tingkat Pertama. Adapun peran Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan sebagai berikut Mendirikan Indische Partij 1912 Mendirikan sekolah Taman Siswa di Yogyakarta 1922 Mencetus Pancadharma, lima asas pendidikan. Referensi Purwatiningsih, Aris Puji. 2021. Masyarakat Kota Semarang dan Filantropi Islam. Pekalongan Penerbit NEM. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
pvUNN. hiaey98cdr.pages.dev/416hiaey98cdr.pages.dev/707hiaey98cdr.pages.dev/83hiaey98cdr.pages.dev/188hiaey98cdr.pages.dev/195hiaey98cdr.pages.dev/220hiaey98cdr.pages.dev/304hiaey98cdr.pages.dev/295hiaey98cdr.pages.dev/124hiaey98cdr.pages.dev/215hiaey98cdr.pages.dev/974hiaey98cdr.pages.dev/609hiaey98cdr.pages.dev/685hiaey98cdr.pages.dev/46hiaey98cdr.pages.dev/314
peran ki hajar dewantara dalam penyelenggaraan pendidikan di indonesia adalah